Minggu, 27 November 2016

Berlatih Mobil


Setelah menimbang banyak hal, dan sepertinya saya akan segera memiliki kendaraan roda empat, saya pun memilih untuk belajar setir mobil. Ya, di usia saya yang masih muda ini, saya belum bisa nyetir mobil.Lagian pula saya disuruh oleh bapaku untuk bisa menyetir karena beta penting nya bisa mobil.

Pada hari pertama, saya yang masih awam langsung masuk ke Honda Jazz warna hitam. Saya masuk di kursi lalu sambil memegang stir mobil.saya merasa takut maklum sama sekali belum pernah pakai mobil.

Tujuan hari pertama adalah menuju ke perumahan kotabaru parahyangan. Setelah mengganti posisi duduk di ruang kemudi, saya diperkenalkan singkat tentang putar setir, rem kopling gas, saya diminta mengulang ulang hingga hafal sambil injak injak. Tidak lama, lalu saya diajari menjalankan mobil maju, berputar ke kiri dan kanan mengikuti pinggiran lapangan. Maju, mundur, ngerem, dan mengendalikan setir. Itu pelajaran hari pertama.

Pada hari kedua, bapaku mengajak saya ke tanjakan di dekat perumahan itu. Saya diajari cara mengendalikan mobil saat berada di tanjakan dan harus berhenti. Macet, atau bangjo misalnya. Intinya, saat mobil bergerak menanjak dan akan berhenti, injak kopling full dan injak rem. Masukkan gigi ke posisi 1, kemudian saat akan melaju lagi, kopling diangkat hingga mobil bergetar. Ngangkatnya pelan saja sambil dirasakan. Saat mobil bergetar, tahan kopling dan lepaskan rem. Jalan deh. Saya begini terus jadi maju berhenti, maju, berhenti, dan seterusnya.

Hari ketiga, saya dan Jazz hitam ditantang untuk mulai masuk ke jalan-jalan kecil perkampungan di kota padalarang. Untuk porsi latihan hari ketiga, saya masih belum dapat merasakan tentang menstabilkan belokan belokan dengan setir.

Hari keempat, saya dianggap sudah paham teori dasar berhenti di tanjakan. Saya diajak bapaku ke daerah perumahan kotabaru lagi. Tujuannya untuk membiasakan setir saya. Saya di hari ketiga ini masih belum dapat feel kapan harus membelok dan seberapa nekuk si setir harus diputar, dan sebagainya. Melalui jalan yang sepi namun sempit, saya masih sering dibantu oleh bapaku terutama saat saya grogi berpapasan dengan kendaraan besar seperti truk. Dan rute ini melewati setidaknya beberapa model medan. Medan berkelok, medan naik, medan turun. Rute ini diulang hingga tiga kali sampai saya benar benar bisa menguasai setir di pertemuan ke enam. Dan pada pertemuan ke enam, saya ditest untuk menurunkan persnelleng saat mobil menanjak dan terasa tidak kuat. Bisa, sih meski terasa kasar. Hehehe :D selain itu, saya juga diajak melewati sempilan pintu tol Padalarang yang panjang dan lurus. Mungkin karena memang belum biasa, bapaku bilang saya masih kaku seperti nyetir mobil L 300. Wakakak..

Pada pertemuan yang ke enam itu juga, saya kembali ke perumahan kotabaru lagi untuk diajari trik setengah kopling. Kata bapaku, ini adalah cara pengemudi professional untuk menghentikan mobil ditanjakan tanpa menggunakan rem. Aplikasinya adalah saat macet merayap tanjakan, sehingga mobil sebentar berhenti sebentar jalan, dan saat bangjo tanjakan dan merahnya tinggal beberapa detik. Agak susah, sih. Tapi teorinya dapat. Teorinya yang saya ingat adalah ‘mundur angkat, maju pidak’. Caranya saat mobil ingin berhenti, injak kopling full, dan di titik pemberhentian, tahan gas kecil (sekitar 1000 rpm) dan kopling langsung diangkat setengah. Jika mobil mundur, angkat kopling sedikit, jika maju, injak kopling sedikit.

Dan pada hari ketujuh, saya akhirnya diajak bapaku untuk mencoba jalan raya yang sesungguhnya. Karena dari pertemuan pertama hingga ke enam, hanya melewati beberapa bagian dari jalan raya yang ramai. Hari ketujuh, saya mengemudikan si Jazz ke borma dekat ruma, dan gagal mengaplikasikan setengah kopling tanpa rem. Kemudian melaju melewati jalan rancabali. Darisana, saya ke Jl. Gunung Batu dan akhirnya. Alhamdulillahnya, lancar

Di pertemuan ke delapan saya diajari trik parkir. Dekat saja, berlatih di dekat rumah. Dengan bantuan dua buah kerucut orange. Bapaku menggambarkan itu adalah model parkir di supermarket atau mall. Mulanya, saya diajarkan bagaimana memarkir mundur untuk kemudian belok kanan dan menyesuaikan mobil berada diantara mobil lain. Yang susah adalah meluruskan mobil setelah ekor mobil masuk. Dan setelah mencoba sekitar empat lima kali barulah saya dibilang lancar.
Selanjutnya, gentian dari sebelah kiri. Kebalikannya. Ini lebih susah karena harus mengepaskan posisi kerucut terlihat dari spion (pertama kali saya salah asumsi, kerucut kiri dianggap kerucut kanan) wkwkwk. Dan belajar parkir ini akhirnya membutuhkan dua kali pertemuan sampai saya benar benar dianggap bisa. Ya, bisa atau bejo ya.. hahahaha

Pertemuan terakhir, saya diasah kembali menggunakan setengah kopling tanpa rem. Meski menurut google, trik ini tidak direkomendasikan karena akan cepat merusak kampas kopling, tapi ini tetap penting. Pada pertama kedua saya mencoba masih liyut liyut. Mobil maju, mundur cantik. Saya bahkan harus melafalkan “mundur angkat maju pidak” untuk menentukan saya harus angkat atau injak kopling jika si mobil maju mundur. Dan akhirnya saya pun berhasil dengan waktu selama tiga puluh lima detik menahan kopling dan gas sehingga mobil berhenti di tanjakan. Kemeng kakinya….

Selain itu, pada pertemuan ini saya juga diajari cara dasar berhenti tanjakan menggunakan handrem. Setelah saya pelajari ternyata ini lebih mudah dan lebih pasti. Hanya satu kekurangannya ; kurang praktis dan kurang professional. Hehehe.. trik ini cocok digunakan saat macet lama, atau bangjo lama. Dan sebelum pulang, saya disuruh sharing tentang pertanyaan – pertanyaan seputar mengendarai mobil. Saya menanyakan tentang cara mengepaskan berhenti di tiketan parkir mall yang mobil posisi menjanjak, kemudian menanjak bertemu U-Turn. Itu saja sih.

Sepuluh pertemuan sudah usai, dan saya pun akhirnya menjadi bisa mengendarai mobil sendiri. Beberapa trik yang digunakan, ternyata tidak bisa diaplikasikan untuk mobil sico tua saya. Contohnya, jika di jalan pelan pakai jazz, gas tidak usah diinjak, tetapi dengan sico, gas tetap dipertahankan di 1500 rpm dan gunakan permainan kopling. Gitu saja sih. ;


KALIAN UDAH PADA BISA MOBIL BELUM…………HEHE…….

Dingin dan Kopi di malam hari

Cerita dinginnya malam dan pahitnya kopi

Malam dingin sedikit syahdu cukup membangunkan bulu kuduk. Kopi Good Day seduhan Mochamad angga reza cukup menceritakan hidup yang sama pahit.

Kini, ku biarkan akal dan pikiran melengah-lengah tanpa batas.
Sampai pada titik terendah, dimana makna sebuah kopi dan malam adalah definisi yang pas untuk seorang "aku".

Kisah yang tak mungkin.
Seperti rahim yang tak mungkin menelan lagi anaknya.

Apa kau sanggup meninggalkanku?
Kau pernah sanggup mencintaiku.
Apa kau perlu melupakanku?
Kau pernah aku ingatkan.
Apa kau bisa hidup tanpaku?
Kau pernah bisa hidup denganku.

Tidak. Aku masih benci mengapa aku masih menjadi Maulidy.
Seseorang yang masih berharap detik-detik itu dapat kembali.
Di Pelukanmu.

Betapa pesta yang sia sia, ria yang percuma.
Yang seperti ini. Aku tak mampu.
Saat api membakar kayu, menjadikannya debu.
Saat bromo ber-gempa, yang menjadikannya lava.

Nyatanya.
Aku masih kokoh berdiri disini.
Bahkan saat datang api untuk membakar kayu. Saat bromo didatangkan gempa.
Aku masih disini. Berdiri menunggu kekosongan datang, bersama dingin, bersama pahit.

Akibat benih yang kau tabur, dulu.
Seakan memenjarakan rasaku dengan yang lain, selainmu.
Namun. Kini.
Aku harus mentegakan diri.
Membunuh setiap ingatan tiap kali kerinduan itu datang.

Sebab kehilanganmu.
Membuatku menemukan definisi.
Antara dingin malam dan pahit kopi.
Antara debu dan lava.
Jika dulu. Bahagiaku saat aku dapat duduk bersebelahan denganmu.
Kini. Berganti.
Bahagiaku adalah ketika bayanganmu berada dikelopak mata. Lalu kunikmati senyummu.

Kamis, 24 November 2016

Touring Puncak Bogor

TOURING PUNCAK BOGOR
















Hallo guys……

saya akan menceritakan tentang saya dan teman-teman sekolah 
saat libur UAS.Teman-teman saya mengajak atau mengadakan touring bareng,karena kita semua pasti butuh refreshing lah setelah UAS selesai,dari pada diem di rumah kan pasti bête mending kita isi pakai liburan aja supaya otak ngga jenuh.Pada hari itu teman-temanku sepakat untuk touring ke puncak yang berlokasi di wilayah bogor.Pada hari H nya kita semua kumpul di rumah salah satu temanku yaitu fajar, atau biasa disebut basecamp tempat kumpul seusai pulang dari sekolah.Ada 11 orang yang ikut 1 adalah seorang wanita.Nama-nama temanku adalah,dimulai dari saya sendiri angga,fajar,boy,asrul,adit,gusva,dennra,firda,tri,billi,dan peri.Perjalanan telah dimulai teman-temanku mulai mengecek barang-barang bawaannya takutnya ada yang ketinggalan kan ribet.Selesai itu semua langsung otw ke puncak,di perjalanan kira-kira 5 jam an sampai disana.


Teman-teman ku mengendarainya dengan ngebut karena ingin buru-buru sampai disana,tidak kuat ingin melihat suasana pemandangan dan perkebuan teh.Tak terasa 2 jam di perjalanan saya sampai di kota Cianjur,kami langsung istirahat dulu karena terasa lelah seusai di perjalanan.Kami semua ngopi sambil minum,tampak raut wajah terasa cape.Kami istirahat disana hampir 1 jam an lebih,kami pun lanjut kembali jalan melewati kota sukabumi sebelum sampai di puncak.Di perjalanan kami semua mengendarai motor nya dengan sangat kencang melewati beberapa jalan terjal.Tak terasa kami semua hampir sudah dekat dengan puncak,karena terasa suasana di perjalanan cukup indah serta suhu yang cukup dingin.Hampir 3 jam,kami pun sampai di puncak bogor,teman-temanku tampak senang sekali melihat pemandangan nya yang sungguh indah luar biasa walaupun raut muka nya terlihat sangan lelah sekali.

Nah itulah cerita liburan saya mana cerita liburan kalian??? 
       

Senin, 07 November 2016

MASA-MASA TK

MASA-MASA TK


Kala itu aku masih kecil...,umurku sekitar 4-5 tahun. Aku dimasukkan ke sebuah TK kecil di kotaku. Namanya TK Al-Ikhlas.Tempat TK nya tidak terlalu jauh dari rumahku.Biasanya aku selalu di antar oleh bibiku pakai motor,sebenarnya bibiku ga terlalu lancar mengendarai motor sih.Tiba saatnya aku mulai belajar di TK itu,waktu itu aku hampir saja jatuh karena bibiku mengendarainya secara goyang-goyang maklum lah karena baru di ajarin motor.Samapailah aku di TK,alhamdullilah sih aku ga kenapa-napa.Dan akhirnya sampai dengan selamat,bibiku nampak tertawa padaku padahal aku cukup kaget sih.

Saat di TK aku pun langsung masuk, pelajaran pun dimulai dengan memperkenalkan diri.Saat ibu guru memanggil aku ke depan,aku pun nampak malu karena tidak biasannya seperti itu dan baru pertama kali di suruh ke depan.Lalu aku di paksa untuk ke depan,dan akhirnya aku langsung maju dan memperkenalkan ke teman –teman baruku walaupun terasa malu sih.



Akhirnya kelar juga deh masa perkenalan ku,teman-temanku langsung hafal namaku siapa sekarang.Aku pun sekarang sudah banyak mendapat teman saat itu,hatiku terasa sangat bahagia dan senang bisa kenalan dengan kalian hehe….

Kalau ingat masa itu...,aku cuma senyum geli sendiri. Ternyata waktu kecilku dulu pemalu juga...,belum mengenal satu sama lain. Apakah itu memalukan atau tidak...,belum ada perasaan seperti itu dibenakku. Yang ada hanya perasaan anak kecil yang sukanya main-main saja. Tak ada rasa sedih...,yang ada hanya senang aja.Tapi rasanya ada kenikmatan tersendiri.  Kehidupanku penuh warna. 

Rabu, 02 November 2016

Tokoh-Tokoh Ilmu Komunikasi



TOKOH-TOKOH ILMU KOMUNIKASI DUNIA


1.Shannon



BiografiShannon lahir tahun 1916 di kota kecil Petosky, Michigan. Sejak kecil Shannon telah dikenalkan ayahnya pada benda-benda elekotronika, seperti radio. Shannon amat maju dalam memahami ilmu pengetahuan dan matematika. Shannon mengambil dua bidang pendidikan pada tingkat sarjana di Universitas Michigan; Jurusan Teknik Elektronika dan Matematika. Pada usia 21 tahun tepatnya tahun 1936 Shannon mengambil Master di MIT dan telah menjadi asisten peneliti Vannevar Bush. Shannon menyelesaikan program doktornya pada jurusan Matematika di MIT tahun 1940. Teori Informasi Shannon pertama kali dipublikasikan tahun 1948 melalui Bell System Technical Journal. Sumbangsihnya terhadap komunikasi berupa teori informasi dengan model matematikanya.Teori teori dan penemuannya:Teori Matematikal Komunikasi Claude Shannon dan Warren WeaverTeori Matematikal Komunikasi ini memandang komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana (transmitter) menggunakan saluran dan media komunikasi. Titik perhatiannya terletak pada akurasi dan efisiensi proses. Proses yang dimaksud adalah komunikasi pribadi yang mempengaruhi tingkah laku pribadi yang lain .Jika efek yang ditimbulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka teori dikatakan mengalami kegagalan komunikasi.Karya Shannon dan Weaver ini kemudian banyak berkembang setelah Perang Dunia II di Bell Telephone Laboratories di Amerika Serikat .Shannon sendiri adalah insiyiur yang berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat melalui telepon. Kemudian Weaver mengembangkan konsep Shannon ini untuk diterapkan pada semua bentuk komunikasi. Titik kajian utamanya adalah bagaimana menentukan cara di mana saluran (channel) komunikasi digunakan secara sangat efisien. Menurut mereka, saluran utama dalam komunikasi yang dimaksud adalah kabel telepon dan gelombang radio.Sebagai peneliti untuk perusahaan telekomunikasi, Shannon tertarik pada efisiensi mengirim infomasi melalui saluran telegram dan teleponi. Shannon memandang informasi sebagai simbol-simbol yang dipertukarkan dalam komunikasi antar manusia. Bagi laboratorium Bell tempat Shannon bekerja, kapasitas, efisisiensi, dan efektivitas transmisi ini menjadi amat penting untuk pengembangan jaringan telepon.Karya karyanya:Karya Shannon dan Weaver ini (Matematikal Komunikasi)  banyak berkembang setelah Perang Dunia II di Bell Telephone Laboratories di Amerika Serikat .Shannon sendiri adalah insiyiur yang berkepentingan atas penyampaian pesan yang cermat melalui telepon. Kemudian Weaver mengembangkan konsep Shannon ini untuk diterapkan pada semua bentuk komunikasi. Titik kajian utamanya adalah bagaimana menentukan cara di mana saluran (channel) komunikasi digunakan secara sangat efisien. Menurut mereka, saluran utama dalam komunikasi yang dimaksud adalah kabel telepon dan gelombang radio.2.Wilbur Lang Schramm 
Biografi:
Wilbur Schramm lahir pada tanggal 5 Agustus 1907 di  MariettaOhio. Schramm lahir dari pasangan Arch Schramm (ayah) dan Louise (ibu). Schramm hidup di tengah kondisi keluarga yang cukup baik, terpelajar, dan menggemari musik. Sejak umur lima tahun, Schramm bermasalah dengan “penyakit” gagap dan harus berjuang menghadapinya, sampai akhirnya gagap yang dideritanya hanya “kambuh” kadang-kadang saja. Pada usia 21 tahun ia mendapat gelar Bachelor dalam bidang ilmu sosial dan ilmu politik dari Marietta College. Selama belajar di sana, Schramm bekerja part-time sebagai wartawan olahraga untuk Marietta Register dan kontributor (wartawan lokal) untuk Asssociated Press. Dari bekerja sambilan tersebut, ia mendapat penghasilan untuk membiayai kuliahnya. Tahun 1930 Schramm memperoleh gelar Master bidang American Civilization dari Universitas Harvard. Selama berada di Harvard, Schramm bekerja part-time sebagai wartawan bagi Boston Herald Ia kemudian pindah ke Universitas Iowa, disebabkan dua alasan : Pertama, biaya kuliah di Universitas  Harvard yang sangat mahal. Kedua, untuk menyembuhkan gagap yang dideritanya, Schramm ingin menemui Profesor Lee Edward Travis, salah satu pakar penyembuhan gagap. Dan, kebetulan pada saat itu Profesor Travis sedang melakukan penelitian di Universitas Iowa. Dua tahun kemudian, Schramm mendapat gelar Ph.D. bidang Literatur Inggris dari Universitas Iowa. Selang tahun 1932 s.d 1934, Schramm mendapat beasiswa dariAmerican Council of Learned Societies untuk program postdoctoral selama dua tahun, di mana ia menyusun penelitian eksperimental bersama Dr. Carl E. Seashore.Tahun 1932 s.d. 1942, Schramm menjadi asisten profesor di Jurusan Bahasa Inggris Universitas Iowa. Pada masa ini ia mendirikan dan mengepalai Iowa Writers’ Workshop, semacam forum pelatihan menulis fiksi bagi mahasiswa. Pada tahun 1942, Schramm meninggalkan Iowa untuk bergabung menjadi educational directordi Office of Facts and Figure dan kemudian Office of War Information. Hal ini tidak terlepas dari kondisi Amerika yang sedang terlibat dalam Perang Dunia II. Pada masa ini pulalah, Schramm mulai membentuk visinya tentang studi komunikasi. Pada tahun 1943 s.d. 1947 Schramm menjabat sebagai Kepala School of JournalismUniversitas Iowa. Selain itu, Schramm juga menemukan program doktoral pertama dalam bidang komunikasi massa : di Universitas Iowa (1943), Universitas Illinois(1947), dan Universitas Wisconsin (1950). Tahun 1955 s.d 1973 Schramm mendapat gelar profesor di bidang komunikasi serta menjadi kepala Institute of Communication Research Universitas Stanford. Selang waktu 1962 s.d 1973 Schramm juga  mendapat gelar sebagai Janet M. Peck Professor of International Communication Universitas Stanford, sampai akhirnya pensiun dari universitas tersebut pada usia 65. Selama dua tahun berikutnya, Schramm menjadi direkturEast-West Communication Institute di Hawai. Pada 1977, Schramm mendapat gelarAh Boon Hau Professor of Communication dari Universitas Hong Kong. Schramm meninggal tanggal 27 Desember  1987 di Honolulu.Schramm merupakan tokoh terpenting dalam ilmu komunikasi. Ia adalah “Bapak Ilmu Komunikasi”. Schramm diakui secara internasional lewat penelitiannya yang sebagian besar merupakan pnelitian tentang media dan efek komunikasi. Schramm merupakan orang pertama yang memikirkan dan menganalisis secara mendalam “keajaiban” dan seni komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ia juga mengemukakan model komunikasi yang terdiri atas : sender, message, channel, coder, decoder, receiver, dan  noise.  Di samping itu, Schramm menyumbang pemikiran pada Four Theories of the Press, yang terdiri dari model Authoritarian, Social Responsibility, Libertarian, dan Developmental. Ia juga memberi kontribusi pemikiran tentang konsep gatekBeberapa teori yang pernah dikemukakan oleh Wilbur Schramm antara lain:a. Teori Peluru (The Bullet Theory of Communication)Teori ini merupakan konsep awal sebagai efek komunikasi massa yang oleh para teoretisi komunikasi tahun 1970-an dinamakan pula hypodemic needle theory yang dapat diterjemahkan sebagai teori harum hipodermik. Teori ini ditampilkan pada tahun 1950-an setelah peristiwa penyiaran kaleidoskop stasiun radio CBS di Amerika berjudul “The Invasion from Mars”.Pada tahun tersebut, Schramm mengemukakan bahwa seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang pasif tidak berdaya. Namun dalam karya tulisnya yang diterbitkan pada awal tahun 1970-an, Schramm meminta kepada para peminatnya agar teori peluru komunikasi itu dianggap tidak ada, sebab khalayak yang menjadi sasaran media massa itu ternyata tidak pasif.Pernyataan Schramm tentang pencabutan teorinya itu didukung oleh Paul F. Lazarsfeld dan Raymond Bauer. Lazarsfeld mengatakan bahwa jika khalayak diterpa peluru komunikasi, mereka tidak jatuh terjerembab. Kadang-kadang peluru itu tidak menembus. Ada kalanya pula efek yang timbul berlainan dengan tujuan si penembak. Sering pula khalayak yang dijadikan sasaran senang untuk ditembak.Profil dari Wilbur Schramm bisa kamu temukan di sini.b. Teori Komunis Soviet (Soviet Communist Theory)Teori-teori komunikasi berlangsung secara berkesinambungan, artinya suatu teori yang digunakan sebagai landasan pemikiran dalam suatu penelitian atau dipakai sebagai pendekatan dalam menelaah suatu fenomena. Bisa merupakan teori lama yang ditampilkan seorang cendekiawan satu dekade sebelumnya, bahkan lebih lama daripada itu.Tiga orang cendekiawan Amerika, yaitu Fred S. Siebert, Theodore Peterson, dan Wilbur Schramm, menerbitkan sebuah buku yang berjudul Four Theories of the Press: The Eutoritarian, Libertarian, Social Responsibility, and Soviet Communist Concepts of What the Press Should Be and Do pada tahun 1956. Buku tersebut mengupas empat buah sistem pers yang berlaku di berbagai negara di dunia, yakni Authoritarian Theory (abad 15-16), Liberitarian Theory (abad 17-18), Soviet Communist Theory (Marxist) dan Social Responsibility Theory (abad ke-20).Pada awalnya, keempat teori tersebut memang teori pers. Namun, seiring dengan perkembangan media massa yang meliputi radio siaran, televisi siaran, film teatrikal, dan lain-lain, maka teori tersebut menjadi teori media massa. Dengan kata lain, teori pers yang semula hanya mengenai pers dalam arti sempit, kini menjadi pengertian pers dalam arti luas, yang jika dikaitkan dengan kegiatannya, tidak hanya jurnalistik cetak tetapi juga jurnalis elektronik.Fred S. Siebert, Theodore Peterson, dan Wilbur Schramm, merupakan tokoh pers dunia dan teori-teori pers yang mereka ciptakan menjadi sumber rujukan para praktisi, mahasiswa dan perguruan tinggi. Buku “Four Theories of the Press: The Eutoritarian, Libertarian, Social Responsibility, and Soviet Communist Concepts of What the Press Should Be and Do” dimaksudkan untuk menjelaskan perkembangan kondisi pers dunia di masa lampau dan memasuki era pra-perang dingin antara Barat dan Timur.Pentingnya kedudukan pers demi perdamaian dunia yang demokratis, PBB secara khusus membahas masalah kemerdekaan pers di Geneva, Swiss, 23 Maret 1948. Prinsip dasar konferensi tersebut adalah adanya pengakuan PBB terhadap kemerdekaan pers sebagai “hak dasar manusia”. Sedangkan Pasal 19 Deklarasi Hak Asasi Manusia menjelaskan pula bahwa setiap orang berhak dan bebas mencari, menerima dan menyampaikan informasi dan pendapat dengan cara apapun tanpa memandang batas-batas.Teori Komunis Soviet (Soviet Communist Theory) dikupas oleh Schramm dengan kacamata Amerika yang orientasinya yang tidak lain begitu bertentangan. Dalam kupasannya tersebut, Schramm mencoba menelusuri dari akarnya, yakni pemikiran Karl Marx melalui pertumbuhan di zaman Lenin dan Stalin. Seperti diketahui pemikiran Marx dipengaruhi oleh konsep dialektika dari Hegel, yang mana kedua kekuatan yang bertentangan (tese dan antitese) mengubah perbedaannya menjadi sintese. Pada gilirannya, sintese ini menjadi suatu tese baru yang ditentang oleh aliran antitese baru yang kemudian menimbulkan sintese baru. Demikian seterusnya sepanjang sejarah.Schramm mengatakan bahwa sumbangan besar dari Marx adalah penjungkirbalikkan dialektika Hegel. Jadi Marx membuat dialektikanya realistik, kebalikan dari idealistik. Dia menyatakan bahwa kondisi hidup yang bersifat material terutama cara manusia mengelola hidupnya dan jenis kehidupan yang ia kelola untuk menentukan idea manusia. Dengan kata lain, ekonomi, sistem kekuatan produktif dan hubungan produktif merupakan faktor sentral bagi kehidupan manusia, suatu fakta yang menentukan sifat kehidupan masyarakat.Schramm juga berpendapat bahwa pengawasan terhadap media massa harus berpijak pada mereka yang memiliki fasilitas, sarana percetakan, stasiun siaran, dan lain-lain. Selama kelas kapitalis mengawasi fasilitas fisik ini, kelas buruh tidak akan mempunyai peran pada saluran-saluran komunikasi. Kelas buruh harus mempunyai saluran komunikasi sendiri. Demikian pula kaum buruh harus berpikir bahwa kebebasan pers yang sebenarnya tidak ada kecuali dalam masyarakat tanpa kelas, yang mana kelas kerja telah merebut perlengkapan komunikasi dan tidak takut lagi akan pengawasan para pemilik borjuis.eeping dan agenda setting.3.Andi Abdul Muis (1929-2005)Biografi:Pejuang Kebebasan Pers Pakar ilmu komunikasi dan pejuang kebebasan pers Prof Dr Andi Abdul Muis wafat dalam usia 75 tahun hari Sabtu 6 Agustus 2005 pukul 22.15 Wita. Guru Besar Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Hasanuddin, kelahiran Pulau Kalukuang, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, 4 Desember 1929, itu meninggalkan putri tunggalnya Andi Dian Indria Sukmawaty dan empat cucu. Salah seorang cucunya, Fauziah Astrid (22) sebagaimana dikutip Kompas (8/8/2005), menuturkan kakeknya sangat terpukul setelah istrinya, Yohana, meninggal dunia pada 31 Juli 2005 di Jakarta. Rabu malam 3/8/2005, Muis pingsan di kamarnya di Jalan Sunu, Perumahan Dosen Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, namun baru diketahui keluarganya Kamis pagi. Dia pun segera dirawat tiga hari di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulawesi Selatan. Jenazah Ketua Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Sahid, Jakarta, dan dosen luar biasa di berbagai universitas negeri dan swasta di Indonesia, itu dimakamkan di pemakaman keluarga di Desa Mandai di perbatasan Makassar dengan Kabupaten Maros. Muis yang kerap menjadi saksi ahli dalam kasus-kasus yang berkaitan dengan kebebasan pers, juga sering menulis masalah komunikasi, pers, hukum dan demokrasi di berbagai media. Dalam sepekan, ia menulis tiga sampai empat artikel, yang kemudian dikirimkan ke berbagai media massa, lokal maupun nasional. Di telinga para eksponen Orde Baru, tulisan Ketua Dewan Etik Anti-Corruption Committee (ACC) Sulawesi Selatan itu kerap terasa pedas. Maka, tak mengherankan bila ia juga sering menerima "tekanan". Setelah era reformasi, keadaan berubah, praktis tak ada lagi yang dapat menghambat kemerdekaan menulis. Namun Muis mengingatkan jangan sampai kebebasan itu disalahgunakan. Menurut Ketua Dewan Pengawas Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Wilayah Sulawesi Selatan itu, sebagaimana ditulis GATRA, Nomor 50/V, 30 Oktober 1999, kebebasan pers harus tetap tunduk di bawah hukum.. Andi Abdul Muis lahir di Pulau Kalukuang, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, 4 Desember 1929, sebagai anak bungsu dari dua bersaudara. Ayahnya, Andi Makkasau, seorang bangsawan Bone yang memimpin sebuah kerajaan kecil di Pannyilli, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Ibunya, Puang Niati, juga seorang bangsawan dari Kabupaten Maros. Suatu waktu ayahnya gerah dengan sistem kehidupan feodal, lalu menyerahkan tampuk kekuasaan kepada sepupunya, kemudian merantau mencari pengalaman ke berbagai daerah di Indonesia, walau akhirnya kembali lagi ke Makassar. Muis menyelesaikan pendidikan dasar di Standard School, Makassar, pada 1937. Setelah itu ia masuk Sekolah Pelayaran Kaigun, yang dikelola Angkatan Laut Jepang. Ketika Sekutu melancarkan serangan ke pusat pertahanan Jepang di Makassar, sekolah Kaigun dipindahkan ke kota Pare-pare, 120 kilometer sebelah utara kota Makassar. Namun, proses belajar-mengajar tak juga berlangsung lancar akibat situasi yang juga tak menentu di Pare-pare. Akhirnya Muis kembali ke daerah nenek moyangnya, Bone. Di tengah kesunyian Desa Pannyilli, Muis mulai menulis sajak-sajak perjuangan. Tapi, seperti diakuinya sendiri, kala itu syairnya belum menyentuh. Tak tahan dengan kesunyian, dan didorong semangat melanjutkan studi, Muis memutuskan kembali ke kota Makassar. Pada usia 16 tahun, saat menjadi murid SMU, Muis mulai menulis esai dan sajak di majalah Budaya yang terbit di Makassar. Setamat SMA di Makssar, 1956, Muis melanjut ke Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (FH-IPK), Universitas Indonesia. Namun tidak sampai selesai karena kondisi keuangan yang tak memungkinkan. Terpaksa Muis muda harus mencari biaya hidup sendiri. Bakat menulis yang dimilikinya mendorong Muis menjadi wartawan free-lance di berbagai media. Setiap hari ia harus mengayuh sepeda puluhan kilometer dari tempat tinggalnya di Kampung Sawah Besar, untuk mengantarkan tulisan ke berbagai media, seperti Sinar Harapan, Pemandangan, dan Abadi. Untuk setiap tulisan, ia mendapat imbalan Rp 100-Rp 250. "Ya... cukuplah untuk biaya makan di Jakarta," katanya kepada Gatra. Ketika itu, seporsi makanan sederhana berharga Rp 50. Baru setahun di Jakarta, Muis kembali ke Makassar. Atas desakan rekan-rekannya, Muis bergabung dalam organisasi Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Organisasi ini sangat aktif mengkritik kegiatan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan kebijakan pemerintah pusat yang sangat sentralistik. Di Permesta, Muis menjadi koordinator seksi publikasi. Di luar kegiatan organisasi, Muis menjabat pemimpin redaksi harian Tindjauan, yang berubah nama menjadi Harian Bara (1956-1959). Muis tetap menyuarakan aspirasi politik dengan menyoroti ketimpangan pusat dan daerah. Tulisan itu terasa pedas bagi pemerintah. Karena itulah, pada 1958, pemerintah pusat membungkam Muis dalam Rumah Tahanan Militer (RTM) Makassar selama setahun. Di dalam tahanan, ia membuka lembaga pendidikan pemberantasan buta huruf untuk orang-orang Darul Islam / Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang juga ditahan di RTM. Muis melihat kehidupan para narapidana politik itu amat memprihatinkan. Karena itu, bersama beberapa rekan, ia akhirnya melakukan kegiatan sosial mengumpulkan sumbangan dari luar, seperti baju dan makanan. Ada pengalaman yang tak bisa dilupakannya. Suatu ketika, kepala RTM itu meminta Muis membuatkan kata sambutan untuk peringatan proklamasi. Muis pun menyanggupinya. Tapi kemudian Muis heran, kepala RTM cuma membacakan saja kata sambutan yang dibuatnya, tanpa koreksi sedikit pun. Padahal, isi sambutan itu penuh kritik terhadap pemerintah pusat. Belakangan baru dia tahu, ternyata Kepala RTM juga tak senang pada pemerintah pusat. Keluar dari penjara, Muis melanjutkan studinya di Fakultas Hukum Bagian Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan, Jurusan Ilmu Publisistik, Universitas Hasanuddin. Pada 1965, Muis menyelesaikan studinya dengan tema skripsi hukum pers. Kemudian, ia menjadi staf pengajar Jurusan Ilmu Publisistik, yang kemudian masuk dalam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Unhas. Kiprah Muis di dunia pers pun terus berlanjut. Tulisan-tulisannya yang pedas bagi pemerintah masih saja menghiasi media massa. Maka, tak mengherankan bila kemudian Muis mendapat pengawasan ekstra dari seorang kolonel. Semua gerakannya dikontrol. Tapi, situasi malah membawa berkah. Sebab, justru sang kolonel itulah Muis masuk dalam komunitas perfilman Indonesia. Ia kemudian terpilih menjadi anggota Majelis Musyawarah Perfilman Indonesia. Karena kiprahnya ini, Muis memperoleh piagam penghargaan sebagai pelopor kemajuan perfilman, pada 1994. Toh, Muis tidak melupakan tekadnya menggapai gelar doktor. Sayangnya, pada saat itu belum ada wadah pendidikan tinggi ilmu komunikasi untuk promosi doktor. Karena itu, Muis menempuh belajar nonformal dengan memanfaatkan keanggotaan Asian Mass Communication Research and Information Centre, yang bermarkas di Singapura. Selain itu, ia juga belajar jarak jauh dengan menjalin korespondensi dengan beberapa pakar komunikasi dan jurnalistik di mancanegara. Beberapa dosen jarak jauhnya adalah Prof. Lyle Webster (East West Centre Hawaii), Dr. Laura Olson, Judith Leyse (Washington University), Prof. Chu Cheng Hua (University of Taiwan), dan Barbara Sillars Harvey (Cornell University). Pada 1982, Muis akhirnya meraih gelar doktor komunikasi di Universitas Hasanuddin, setelah mempertahankan disertasinya berjudul "Modernisasi Masyarakat di Dalam Hubungannya dengan Pengenalan Televisi, Suatu Studi Komunikasi Massa". Setahun kemudian, Muis diangkat sebagai guru besar Universitas Hasanuddin. Lembaga yang sama juga mendaulat Muis sebagai alumnus terbaik pada 1996. Pada tahun yang sama pula Muis memperoleh penghargaan dari Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI), atas jasanya mengembangkan ilmu komunikasi. Muis mengaku, suksesnya itu tak lepas dari bantuan sang istri, Hajah Yohana. Secara berseloroh, Muis menganggap istrinya sebagai kepala administrasi. Muis berkisah, pertama kali bertemu Yohana pada acara pertemuan mahasiswa Sulawesi Selatan di Jakarta, 1955. Sepulang mereka dari Jakarta, hubungan itu berlanjut serius. Dan tiga tahun kemudian mereka . ke jenjang pernikahan. Dari pernikahan ini mereka dikaruniai seorang putri, Andi Dian Indria Sukmawaty.Sampai hari tuanya, mantan pimpinan Universitas Terbuka di Makassar ini tinggal bersama istrinya yang meninggal lebih dahulu, di kompleks perumahan dosen Universitas Hasanuddin Baraya, Makassar. Dia ditemani Fauziah, cucu pertama dari anak tunggalnya.4.Kurt Lewin



Biografi:Kurt Lewin lahir pada tanggal 9 September 1890 disuatu desa kecil di Prusia, daerah dosen. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara, Lewin menyelesaikan sekolah me Lewin menghabiskan sisa sisa hidupnya di Amerika Serikat. Ia adalah profesor dalam bidang psikologi anak-anak pada Universitas Cornell selama dua tahun (1933-1935) sebelum dipanggil ke Universitas negeri Iowa sebagai profesor psikologi pada Badan Kesejahteraan Anak. Pada tahun 1945, Lewin menerima pengangkatan sebagai profesor dan direktur Pusat Penelitian untuk dinamika kelompok di Institut Teknologi Massachussetts. Pada waktu yang sama, ia menjadi direktur dariCommission of Community Interrelation of The Amerika Jewish Congress, yang aktif melakukan penelitian tentang masalah masalah kemasyarakatan. Ia meninggal secara mendadak karena serangan jantung di Newton Ville, Massachussetts, pada tanggal 9 Februari 1947 pada usia 56 tahun.



A. Konsep Utama Teori Lewin:

Bagi Lewin, teori medan bukan suatu sistem psikologi baru yang terbatas pada suatu isi yang khas: teori medan merupakan sekumpulan konsep dengan dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis. Konsep konsep ini harus cukup luas untuk dapat diterapkan dalam semua bentuk tingkah laku, dan sekaligus juga cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu dalam suatu situasi konkret. Lewin juga menggolongkan teori medan sebagai “suatu metode untuk menganalisis hubungan hubungan kausal dan untuk membangun konstruk-konstruk ilmiah”
Ciri ciri utama dari teori Lewin, yaitu :
1. Tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah laku itu terjadi
2. Analisis mulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari mana bagian bagian komponennya dipisahkan
3. Orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara matematis.
Konsep konsep teori medan telah diterapkan Lewin dalam berbagai gejala psikologis dan sosiologis, termasuk tingkah laku bayi dan anak anak , masa adolsen , keterbelakangan mental, masalah masalah kelompok minoritas, perbedaan perbedan karakter nasional dan dinamika kelompok.Dibawah ini kita akan membahas Teori Lewin tentang struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian yang dikaitkan dengan lingkungan psikologis, karena orang orang dan lingkungannya merupakan bagiab bagian ruang kehidupan (life space) yang saling tergantung satu sama lain. Life space digunakan Lewin sebagai istilah untuk keseluruhan medan psikologis.

Karya-Karya Kurt Lewin Lewin:
untuk pertama kali mempublikasikan “The War Landscape” pada tahun 1917 dan Thesisnya mengenai “Habilitation”. Karyanya tak berhenti sampai disitu, dalam pertemuan kongres international psikologi di Yale pada tahun 1929. Ia menyajikan film pada hambatan dan kekuatan lapangan bermain. Ia menyajikan film pada hambatan dan kekuatan lapangan bermain. Film itu tentang anak-anak yang belajar untuk duduk diatas batu. Di tahun 1930, Lewin menyumbangkan Teori Subjektivisme dalam bidang Psikologi kepada Amerika, menawarkan tipe kognitif alternatif pada Behaviorisme Clark Hull. Bahasan Lewin mengenai kognitif mendekatkan posisi teoritisnya pada ilmu komunikasi sebagai produk dan keaslian komunikasi. Dalam artian apa yang dipikirkan manusia merupakan sebuah produk penerimaan komunikasi, dan apa yang manusia katakan diambil dari konten pada pikiran yang sama, maka dikatakanya konten melalui transformasi dan berinteraksi pesan yang lainya. Ditahun 1935, koleksi Paper pertamanya dalam Bahasa Inggris yaitu “A Dynamic Theory of Personality” diterbitkan. Makalah ini terdiri dari perbandingan dan psikologi Jerman dan Amerika berdasarkan observasi pra-sekolah anak.Chat Conversation End5. WRIGHT MILLS
Biografi:Wright Mills dilahirkan pada 28 Agustus 1916 di Waco, Texas. Dia berasal dari latar belakang kelas menengah. konvensional; ayahnya adalah broker asuransi, dan ibunya adalah ibu rumah tangga. Mills kuliah di Universitas Texas dan menjelang 1939 dia mendapat gelar sarjana dan master. Dia adalah mahasiswa yang luar biasa, dimana sampai dia meningalkan Texas dia telah mempublikasikan artikel-artikel di dua jurnal sosiologi utama. Mills mendapat gelar Ph.D. dari Universitas Wisconsin (Scimecca, 1977). Dia pertama mengajar di Universitas Maryland, tetapi kemudian menghabiskan sebagian besar karirnya, dari 1945 sampai meninggal, di Universitas ColumbiaTeori-Teori dan penemuannya Analisis Teori Sosialisasi Menurut Charles Wright Mills:Sebuah pendapatnya tentang teori sosialisasi yaitu : “sosialisasi sebagai proses ketika individu mendapatkan kebudayaan kelompoknya dengan menginternalisasikan (sampai tingkat tertentu) norma sosialnya, sehingga membimbing orang itu memperhitungkan harapan – harapan orang lain” (Wright, 1988:182).Proses yang dimaksud adalah ketika soerang individu berusaha untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan kebudayaan suatu kelompok yang ia tempati, dimana dalam kelompok atau lingkungan tersebut terdapat aturan – aturan, ketentuan, dan norma – norma yang berlaku dalam kelompok atau lingkungan tersebut.Adaptasi atau proses menyesuaikan diri yang dilakukan oleh individu inilah yang dimaksud sebagai sosialisasi, dimana dalam proses sosialisasi ini ada tingkatan yang membimbing orang tersebut untuk mencapai atau membuatnya mampu menyesuaikan diri dalam kelompok tersebut sehingga ia dapat diterima dengan baik oleh anggota kelompok lainnya dan menjadi suatu kesatuan dalam kelompok tersebut.Dalam suatu kelompok, ada harapan – harapan yang dimiliki oleh anggota kelompok lainnya yang harus dicapai oleh orang tersebut agar dapat diakui sebagai salah satu anggota kelompok oleh anggota kelompok lainnya. Namun, jika orang tersebut tidak mampu atau gagal dalam menyesuaikan diri dengan keadaan di dalam kelompok tersebut maka konsekwensi yang didapatkan adalah dikucilkan atau merasa terpinggirkan karena ia tidak dapat memenuhi harapan – harapan yang diinginkan oleh anggota kelompok lainnya.Karya karyanya:Power Elite dan White Collar Dan karyanya yang paling terkenal, The Power Elite (1956).[1] Dalam buku yang terakhir, Mills menempatkan kaum elite atau kelas yang berkuasa di antara pemimpin bisnis, pemerintahan dan militer yang keputusan dan tindakannya mempunyai konsekuensi yang signifikan.


6.Alwi Dahlan 
Biografi:Menteri Penerangan RI (Maret-21 Mei 1998) Lihat Curriculum Vitae (CV) Alwi Dahlan Bio Lain R Sunaryadi Tejawinata Prabowo Subianto Arry Harryanto Reksodiputro Ahmad Yani Antonius J Supit Donny Gahral Adian Teuku Nyak Arif Gelar B.A. ini menurut Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ketika itu setara dengan S-1. Di Washington, untuk membiayai kuliah pria kelahiran Padang, Sumatera Barat 15 Mei 1933 ini bekerja sebagai penjaga malam di Kedutaan Besar RI. Sebelum meraih gelar doktor, keponakan sutradara film terkemuka Usmar Ismail ini melanjutkan pendidikan ke Stanford University, di California untuk meraih gelar Master of Arts (M.A.) bidang ilmu komunikasi massa tahun 1962. Selama studi M Alwi Dahlan bukan hanya pernah menjadi penjaga malam di KBRI Washington DC. Sebelum kembali ke tanah air usai meraih doktor masih menyempatkan diri membantu Atase Pendidikan di KBRI Washington, yang waktu itu dirangkap oleh Atase Pertahanan M Kharis Suhud. Dan, sewaktu akan pulang ke tanah air Kharis Suhud berkenan mengajak Alwi agar mau membantu Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) sebagai tenaga ahli, yang lalu dilakoninya sepanjang tahun 1968-1970. Kharis Suhud, mayor jenderal TNI AD terakhir menjabat sebagai Ketua MPR/DPR RI. Alwi Dahlan adalah orang Indonesia pertama yang menggondol gelar doktor ilmu komunikasi dari Amerika Serikat. Bidang komunikasi kiblat dari Amerika adalah bidang baru yang lebih luas pengertian dan definisinya dari ilmu jurnalistik maupun publisistik yang berkiblat ke Jerman. Tak mengherankan, pada waktu itu komunikasi massa belum begitu dipahami di Indonesia sehingga keahlian ilmu komunikasi Alwi belum serta merta memperoleh ruang kerja yang jelas. "Saya lalu melakukan berbagai hal, sekaligus ingin memperlihatkan bahwa sebagai ahli dalam bidang (komunikasi) ini, yang bersifat interdisiplin, dapat berkiprah di berbagai bidang ilmu dan berprofesi," cerita Alwi, yang butuh waktu lama membuktikan keahliannya sebelum guru besar ilmu komunikasi massa Universitas Indonesia ini dipercaya oleh Presiden Soeharto sebagai Menteri Penerangan tahun 1998. Walau hanya beberapa bulan, antara Maret hingga 21 Mei 1998 sesuai "umur jagung" kabinet terakhir Pak Harto sebelum mengundurkan diri, posisi Menteri Penerangan adalah pembuktian akan kualitas kedoktoran pakar ilmu komunikasi Alwi Dahlan. Merintis M Alwi Dahlan putra Dahlan Sjarif Datuk Djundjung, seorang bupati pada kantor Gubernur Sumatera Tengah, di almamaternya Fisip-UI sejak tahun 1969 hingga 1992 hanya bisa dipercaya sebagai dosen luar biasa alias dosen tidak tetap. Ia harus merintis atau meneruka beberapa bidang kegiatan yang pada waktu itu dianggap masih baru di Indonesia. Seperti, antara tahun 1969-1971 ia menerbitkan dan menjadi pemimpin umum mingguan Chas, sebuah mingguan berkala berita yang pertama tampil dalam bentuk tabloid. Ia juga mendirikan Institute for Social, Commercial & Opinion Research (Inscore) Indonesia, sebuah lembaga riset masalah komersial dan pendapat umum swasta yang pertama di Indonesia. Alwi mendirikan pula Inscore Adcom sebuah perusahaan jasa komunikasi total dan public relation (PR) pertama di Indonesia. Sebagai doktor ilmu komunikasi massa pertama Indonesia lulusan Amerika Serikat banyak hal yang baru yang untuk pertama kalinya dirintisnya, sebelum akhirnya mulai mapan berkiprah di pemerintahan saat Emil Salim tahun 1978 resmi mengajaknya bergabung sebagai asisten menteri. Emil Salim ketika itu diangkat Pak Harto menjadi Menteri Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (PPLH), maka, jadilah Alwi Dahlan tercatat sebagai Asisten Menteri KLH sepanjang tahun 1979 hingga 1993, atau antara era Emil Salim hingga Sarwono Kusumaatmaja. Kepada Alwi Emil Salim membebankan tugas membantu merintis pengembangan bidang yang masih sangat baru di Indonesia pada masa itu, yaitu pengawasan pembangunan dan lingkungan hidup. Terbiasa mempunyai naluri sebagai perintis tantangan itu ia terima. Alwi resmi diangkat menjadi Asisten Menteri Bidang Pengawasan tahun 1978-1983, kemudian menjadi Asisten Menteri BidangKeserasian Kependudukan dan Lingkungan tahun 1983-1988, serta menjadi Asisten Menteri Bidang Kependudukan tahun 1988-1993 di bawah Emil Salim dan Sarwono Kusumaatmaja.Hingga tahun 1990 kepada Alwi Dahlan masih diserahi tugas dan tanggungjawab Kampanye Kesadaran Lingkungan Hidup, tugas yang antara lain berhasil menelorkan kebijakan pemberian penghargaan tahunan Kalpataru, Neraca Lingkungan Daerah, dan berbagai kebijakan lingkungan hidup lainnya. Untuk semua pengabdiannya yang tercatat hingga saat ituPresiden Soeharto menganugerahi Alwi Dahlan penghargaan Bintang Jasa Utama, yang disematkan langsung olehPak Harto pada 17 Agustus 1994.Penulis SkenarioSelain pakar dan guru besar komunikasi massa, pejabat kementerian lingkungan hidup, mantan Wakil Kepala BP-7, dan Menteri Penerangan, banyak sisi menarik lain kehidupan Alwi Dahlan yang belum pernah terangkat ke permukaan. Dalam usia muda 16 tahun, misalnya, pria yang menamatkan pendidikan SR di Padang (1946) sedangkan SMP (1950) dan SMA (1953) keduanya di Bukit Tinggi, ini sudah menunjukkan bakat luar biasa. Ia ketika itu sudah aktif mengarang cerita di majalah Kisah dan Mimbar Indonesia terbitan Jakarta. Di koran lokal sendiri, Padang Nippo dan Detik terbitan Buktitinggi ia malah hanya sesekali menulis. Duduk di bangku SMP di Batusangkar ia sudah menerbitkan sendiri koran lokal sekolah."Di Mimbar Indonesia, selain menulis cerita pendek saya juga membuat sketsa atau vignet dengan tinta Cina," aku suami dari Elita Rivai sama-sama berasal dari Kabupaten Tanah Datar. Di majalah Siasat, sebagai koresponden ia membuat reportase, esei, dan cerita pendek mengisi rubrik kebudayaan Gelanggang. Ketika duduk di bangku SMA Alwi sudah berkesempatan menulis rangkaian reportase perjalanan kaki menjelajahi pedalaman Alas, Gayo, sertaAceh untuk Siasat. Masih di bawah usia 20 tahun Alwi menulis di Zenith sebuah majalah kebudayaan yang diterbitkan oleh Mimbar Indonesia.Ketika diterima kuliah di FE-UI, ketika itu belum dibuka jurusan ilmu komunikasi, Alwi menyalurkan bakat dan keahlian tulis-menulisnya di penerbitan kampus Forum dan Mahasiswa. Bersama sahabatnya Emil Salim, Teuku Jacob, dan Nugroho Notosusanto, tahun 1958 ia mendirikan Ikatan Pers Masiswa Indonesia.Bakat kepengarangan putera Padang Panjang ini boleh dikata menurun dari pamannyaUsmar Ismail, sutradara film terkemuka yang juga dikenal sastrawan angkatan '45. Alwi Dahlan pernah mencatat prestasi gemilang menulis sembilan skenario film sepanjang tahun 1953-1958. Ia bersama pamannyaUsmar Ismail menulis skenario untuk film Harimau Campa, yang pada Festivalfilm Indonesia (FFI) tahun 1958 merebut piala Citra sebagai skenario film terbaik. Demikian pula untuk film Tiga Dara hasil kerja bareng paman-keponakan itu. Sebuah film Usma Ismail lainnya, Jenderal Kancil dibuat justru berdasarkan novel karangan Alwi Dahlan berjudul Pistol Si Kancil terbitan Balai Pustaka.Alwi Dahlan ketika masih disibukkan tugas-tugas eksekutif di pemerintahan, terakhir menjabat Wakil Kepala BP-7 sebelum diangkat Menteri Penerangan oleh Pak Harto, masih menyempatkan diri mengembangkan diri di bidang ilmu komunikasi massa sebagai akademisi menjabat Guru Besar Fisip UI. Ia banyak diminta berbicara dalam berbagai seminar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri seperti di Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Cina, Singapura, Malaysia, Filipina, India, Pakistan, Rusia, dan lain-lain. Ia akhirnya tergolong sebagai pembicara seminar yang laris, berbeda ketika ia masih harus menjelaskan posisi dan peran ilmu komunikasi massa sebagai ilmu yang baru di Indonesia.Tentang istrinya, Elita Rivai sama-sama asal Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat ia katakan diketemukan di Jakarta. "Ceritanya, waktu saya di Amerika, beberapa tahun sebelum pulang saya melihat wajah Elita dalam foto di antara banyak orang. Waktu pulang, saya mencarinya sampai dapat di Jakarta," tutur Alwi Dahlan, yang selalu berpenampilan tenang dan simpatik dengan tutur bahasa santun bersahaja.7. HAROLD DWIGHT LASSWELL                                          Biografi:Harold Dwight Lasswell lahir pada tanggal 13 Februari 1902 dan meninggal pada tanggal 18 Desember 1978 pada umur 76 tahun. Dia adalah seorang ilmuwan politik terkemuka di Amerika Serikat dan seorang pencetus teori komunikasi. Dia juga adalah anggota dari Chicago chool of Sociology dan seorang Profesor Chicago School of Sociology di Yale University. Selain itu dia juga adalah Presiden Asosiasi Ilmu Politik Amerika (APSA) dan Akademi Seni dan Sains Dunia (WAAS). Menurut sebuah biografi yang ditulis oleh Gabriel Almond pada saat kematian Lasswell yang diterbitkan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional pada tahun 1987, Lasswell termasuk dalam peringkat inovator-inovator kreatif dalam ilmu-ilmu sosial di abad ke-20. Pada saat itu, Almond menegaskan bahwa "beberapa orang akan menegaskan bahwa ia adalah ilmuwan politik yang paling asli dan paling produktif di masanya." Bidang penelitian di mana Lasswell bekerja yaitu pentingnya kepribadian, struktur sosial, dan budaya dalam penjelasan fenomena politik. Di masa depan Ia akan tercatat menggunakan berbagai pendekatan metodologis yang kemudian menjadi standar di berbagai tradisi intelektual termasuk teknik wawancara, analisis isi, para-eksperimental teknik, dan pengukuran statistik.Dia terkenal karena komentarnya pada teori komunikasi:Who (says) What (to) Whom (in) What Channel (with) What Effect Siapa (kata) Apa (untuk) Siapa (dalam) Apa Channel (dengan) Apa EfekKarya-karya dari Harold Dwight Lasswell: 1. Propaganda Technique in the World War (1927; dicetak ulang menggunakan kata pengantar     baru,  1971) 2. Psychopathology and Politics, (1930; reprinted, 1986) 3. World Politics and Personal Insecurity (1935; dicetak ulang menggunakan kata pengantar      baru, 1965) 4. Politics: Who Gets What, When, How (1935) 5. "The Garrison State" (1941) 6. Power and Personality (1948) Lasswell belajar di Universitas Chicago pada tahun 1920, dan sangat dipengaruhi oleh pragmatisme mengajar di sana, terutama karena dikemukakan oleh John Dewey dan George Herbert Mead. Dia lebih berpengaruh pada Freudian filsafat yang menginformasikan banyak analisis tentang propaganda dan komunikasi secara umum. Selama Perang Dunia II, Lasswell menjabat sebagai Kepala Divisi Eksperimental untuk Studi Komunikasi Waktu Perang di Perpustakaan Kongres. Ia menganalisis film propaganda Nazi untuk mengidentifikasi mekanisme persuasi digunakan untuk mengamankan persetujuan dan dukungan dari rakyat Jerman untuk Hitler dan kekejaman masa perang. Selalu melihat ke depan, di akhir hidupnya, Lasswell bereksperimen dengan pertanyaan mengenai astropolitics, konsekuensi politik dari kolonisasi planet lain, dan "Koloni Manusia Mesin." Peran Lasswell adalah penting dalam perkembangan pasca-Perang Dunia II. Demikian pula, definisinya tentang propaganda juga dilihat sebagai sebuah perkembangan penting untuk memahami tujuan propaganda. Studi Laswell pada propraganda, yaitu membuat terobosan pada subjek untuk memperluas pandangan terkini tentang cara dan tujuan untuk dapat dicapai melalui propaganda untuk tidak hanya mencakup perubahan pendapat tetapi jugaberubah dalam tindakan..8.Everett M.RogersBiografi:Everett M. Rogers (6 Maret 1931 - 21 Oktober 2004) adalah seorang sarjana komunikasi, sosiolog, penulis, dan guru. Dia terkenal karena berasal difusi teori inovasi dan memperkenalkan adopter awal istilah.Rogers lahir pada Pertanian Pinehurst keluarganya di Carroll, Iowa, pada tahun 1931. Ayahnya mencintai inovasi pertanian elektromekanis, tapi yang sangat enggan untuk memanfaatkan inovasi biologi-kimia, sehingga ia menolak mengadopsi benih jagung hibrida baru, meskipun itu menghasilkan 25% lebih tanaman dan tahan terhadap kekeringan. Selama kekeringan Iowa tahun 1936, sedangkan benih jagung hibrida berdiri tegak di pertanian tetangga, tanaman di pertanian Rogers 'layu. Ayah Rogers akhirnya yakin. [1]Rogers tidak punya rencana untuk menghadiri universitas sampai guru sekolah melaju dia dan beberapa teman sekelas untuk Ames untuk mengunjungi Iowa State University. Rogers memutuskan untuk mengejar gelar di bidang pertanian di sana. Dia kemudian bertugas di Perang Korea selama dua tahun. Dia kembali ke Iowa State University untuk mendapatkan gelar Ph.D. dalam sosiologi dan statistik pada tahun 1957.IsiDifusi inovasiDifusi inovasi menurut Rogers. Dengan kelompok berturut konsumen mengadopsi teknologi baru (diperlihatkan dengan warna biru), pangsa pasar (kuning) akhirnya akan mencapai tingkat kejenuhan.Ketika edisi pertama (1962) dari Difusi Inovasi diterbitkan, Rogers adalah seorang asisten profesor sosiologi pedesaan di Ohio State University. Dia baru berusia 30 tahun tetapi menjadi tokoh terkenal di dunia akademik. Pada pertengahan 2000-an, The Difusi Inovasi menjadi buku kedua-paling-dikutip dalam ilmu sosial. (Arvind Singhal: Memperkenalkan Profesor Everett M. Rogers, 47 Tahunan Penelitian Dosen, University of New Mexico) [1].Edisi kelima (2003, dengan Nancy Singer Olaguera) membahas penyebaran Internet, dan bagaimana ia telah mengubah cara manusia berkomunikasi dan mengadopsi ide-ide baru.Rogers mengusulkan bahwa pengadopsi dari setiap inovasi atau ide baru dapat dikategorikan sebagai inovator (2,5%), pengadopsi awal (13,5%), mayoritas awal (34%), mayoritas akhir (34%) dan yang tertinggal (16%), berdasarkanmatematis berdasarkan kurva Bell. Kategori-kategori ini, berdasarkan standar deviasi dari rata-rata kurva normal, memberikan bahasa yang umum bagi para peneliti inovasi. Kemauan dan kemampuan untuk mengadopsi suatu inovasi Setiap adopter tergantung pada kesadaran, minat, evaluasi, percobaan, dan adopsi. Orang bisa jatuh ke dalam kategori yang berbeda untuk berbagai inovasi-petani mungkin adopter awal inovasi mekanik, tapi adopter mayoritas akhir inovasi biologis atau VCR.Ketika grafik, tingkat adopsi membentuk apa datang untuk melambangkan Difusi model Innovations, sebuah (kurva S) Grafik dasarnya menunjukkan persentase kumulatif pengadopsi dari waktu ke waktu "kurva s-berbentuk." - Lambat di awal, lebih cepat karenaadopsi meningkat, maka meratakan off sampai hanya sebagian kecil lamban belum diadopsi. [Rogers, Diffusion of Innovations 1983]Penelitian dan pekerjaan menjadi diterima secara luas dalam komunikasi dan studi adopsi teknologi, dan juga menemukan jalan ke berbagai studi ilmu sosial lainnya. Rogers juga mampu berhubungan penelitian komunikasi untuk masalah kesehatan praktis, termasuk kebersihan, keluarga berencana, pencegahan kanker, dan mengemudi dalam keadaan mabuk.Pendidikan HiburanPada awal 1990 Rogers mengalihkan perhatian ke bidang hiburan-Pendidikan. Dengan pendanaan dari Population Communications International [2] ia mengevaluasi sebuah drama radio yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di Tanzania disebut Twende na Wakati (Mari Pergi Dengan Times). [3] Dengan Arvind Singhal dari Universitas Ohio ia bersama-menulis Hiburan Pendidikan: Strategi Komunikasi untuk Perubahan Sosial.Untuk memperingati kontribusi ke lapangan, University of Southern California Norman Lear Pusat mendirikan Everett M. Rogers Award untuk Prestasi di Hiburan-Pendidikan, yang mengakui praktik yang luar biasa atau penelitian di bidang pendidikan hiburan. [4]Kemudian hidupPada tahun 1995, Rogers pindah ke University of New Mexico, setelah menjadi gemar Albuquerque sementara ditempatkan di sebuah pangkalan udara selama Perang Korea. Dia membantu UNM meluncurkan program doktor dalam komunikasi. Dia Para Profesor Emeritus di UNM.Rogers menderita penyakit ginjal dan pensiun dari UNM pada musim panas 2004. Dia meninggal hanya beberapa bulan kemudian, meninggalkan seorang istri, Dr Corinne Shefner-Rogers, dan dua anak: David Rogers Everett dan Raja.Teori difusi inovasi telah ada sejak tahun 1950-an. Pada saat itu pemerintah Amerika Serikat ingin mengetahui bagaimana dan mengapa sebagian petani di sana mengadopsi teknik-teknik baru dalam pertanian dan sebagian lainnya tidak. Everett M Rogers pada waktu itu menjadi bagian dari tim eksplorasi ini. Meskipun pada awalnya teori difusi ini ditujukan untuk memahami difusi dari teknik-teknik pertanian tapi pada perkembangan selanjutnya teori difusi ini digunakan pada bidang-bidang lainnya.Pada tahun 1962 Everett Rogers menulis sebuah buku yang berjudul “ Diffusion of Innovations “ yang selanjutnya buku ini menjadi landasan pemahaman tentang inovasi, mengapa orang mengadopsi inovasi, faktor-faktor sosial apa yang mendukung adopsi inovasi, dan bagaimana inovasi tersebut berproses di antara masyarakat.Rogers menyatakan bahwa inovasi adalah ““an idea, practice, or object perceived as new by the individual.” (suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu). Dengan definisi ini maka kata perceived menjadi kata yang penting karena pada mungkin suatu ide, praktek atau benda akan dianggap sebagai inovasi bagi sebagian orang tetapi bagi sebagian lainnya tidak, tergantung apa yang dirasakan oleh individu terhadap ide, praktek atau benda tersebut.Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.Proses difusi inovasi melibatkan empat unsur utama, meliputi1. Innovation ( Inovasi), yaitu ide, praktek, atau benda yang dianggap baru oleh individu atau kelompok.2. Communication channel ( saluran komunikasi ), yaitu bagaimana pesan itu didapat suatu individu dari individu lainnya.3. Time ( waktu ), ada tiga faktor waktu, yaitu :•Innovation decision process ( proses keputusan inovasi )•Relative time which an inovation is adopted by individual or group.( waktu relatif yang mana sebuah inovasi dipakai oleh individu atau kelompok )•Innovation’s rate of adoption ( tingkat adopsi inovasi )4. Social System ( sistem sosial ), yaitu serangkaian bagian yang saling berhubungan dan bertujuan untuk mencapai tujuan umum.Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup (1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2) jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions), (3) saluran komunikasi (communication channels), (4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan (5) peran agen perubah (change agents).Contoh penerapannyaContoh yang fenomenal adalah keberhasilan Pemerintah Orde Baru dalam melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Dalam program tersebut, suatu inovasi yang bernama Keluarga Berencana, dikomunikasikan melalui berbagai saluran komunikasi baik saluran interpersonal maupun saluran komunikasi yang berupa media massa, kepada suatu sistem sosial yaitu seluruh masyarakat Indonesia. Dan itu terjadi dalam kurun waktu tertentu agar inovasi yang bernama Keluarga Berencana Tersebut dapat dimengerti, dipahami, diterima, dan diimplementasikan (diadopsi) oleh masyarakat Indonesia. Program Keluarga Berencana di Indonesia dilaksanakan dengan menerapkan prinsip difusi inovasi. Ini adalah contoh difusi inovasi, dimana inovasinya adalah suatu ide atau program kegiatan, bukan produk.

.9.Noam ChomskyBiografi:Avram Noam Chomsky (lahir di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, 7 Desember 1928; umur 87 tahun) adalah seorang profesor linguistik dari Institut Teknologi Massachusetts. Salah satu reputasi Chomsky di bidang linguistik terpahat lewat teorinya tentang tata bahasa generatif.
Selama lima dasawarsa ini, Chomsky telah menjalin kontrak secara langsung dengan lebih dari 60 penerbit di seluruh dunia dan sudah menulis lebih dari 30 buku bertema politik. Dan baris-baris kalimat dalam tulisannya muncul di lebih dari 100 buku, mulai dari karya ilmiah tentang linguistik, politik, hingga kumpulan kuliah, wawancara dan esai.

 Chomsky menulis buku Manufacturing Consent: The Political Economy of The Mass Media bersama dengan Edward S. Herman. Buku ini menggunakan kmodel propaganda sebagai kerangka kerja untuk menganalisis dan memahami bagaimana cara kerja media US pada umumnya dan mengapa mereka melakukan seperti itu. Chomsky merupkana hali linguistik Amerika yang lahir pada tahun 1928.

Teori yang dikemukakan oleh Avram Noam Chomsky,yaitu:




-Chomsky (1955). Logical Structure of Linguistic Theory,
-Chomsky (1964). Current Issues in Linguistic Theory,
-Chomsky (1975). The Logical Structure of Linguistic Theory,dll


Sejarah penerbitanNoam Chomsky berbicara di Forum Sosial Dunia, 2003.Proses penerbitan buku-buku Chomsky cukup menarik perhatian, mengingat dia jarang sekali berupaya untuk mempublikasikan karya-karyanya. Tampaknya penggemar Chomsky selayaknya berterimakasih kepada editor atau aktivis yang tertarik pada tulisannya, kuliahnya, wawancaranya. Karena melalui antusiasme merekalah, karya-karyanya bisa dibaca oleh audiens yang lebih luas daripada kelompok akademisi saja.Ketika pertama kali menjalin kerjasama penerbitan, Chomsky memilih penerbit kecil daripada penerbit sekelas Random House. Andre Schiffrir, mantan Direktur Pelaksana di Pantheon yang menerbitkan buku-buku awal Chomsky tentang politik selama tahun 1970-1980, mengenang, "Dia memberikan bukunya untuk kelangsungan hidup penerbit-penerbit kecil."Meskipun Chomsky mulai membangun reputasinya dan menarik sekelompok kecil penggemar pada era 1970-an dan 1980-an dengan buku-buku linguistik dan sejumlah buku politik, tetapi sebenarnya, buku tipis bersampul lunak dan enak dibaca yang diterbitkan oleh penerbit pada era akhir 1990-an yang memperluas penyebarannya baik di toko besar maupun kios-kios buku.Pada awal 1990-an, Arthur Naiman, saat itu pemilik penerbitan buku-buku komputer, mendengar Chomsky berbicara di radio dan tertarik untuk menerbitkan karyanya. Naiman pun membuka penerbitan baru untuk menampung buku-buku tipis tentang politik dan dicetak dalam jumlah besar. Di bawah nama penerbit Odonian Press, dia menerbitkan empat buku tipis Chomsky antara tahun 1992 dan 1998 dalam seri Real Story. Hingga akhir tahun 2002, masing-masing telah terjual, rata-rata 118.000 kopi.Greeg Ruggiero, aktivis yang terlibat dalam penerbitan Open Media Pamphlet Series pada era 1990-an, adalah orang yang berperan dalam memperluas audiens pembaca karya-karya Chomsky. Dia kerap menerbitkan pamflet-mudah difotokopi dari kuliah-kuliah Chomsky dan menjualnya di pojok-pojok jalan di kota New York. Setelah terbukti diminati, dia kemudian mengontak kios-kios buku di seluruh negara bagian dan menjual 10 ribu kopi dengan cara itu. Pada 1995, Ruggiero menawarkan serial ini ke Penerbit Seven Stories Press.Pada Oktober 2003, Metropolitan Book menerbitkan buku Chomsky yang lain yang berjudul Hegemony of Survival: America's Quest for Global Domination. Buku ini merupakan bagian dari American Empire Project yang menerbitkan buku-buku tipis namun berdasarkan argumentasi yang kukuh dari para penulis dan pemikir terkemuka. Terlepas apakah buku tersebut memuat kritik barunya atau tidak, Sara Berstel, wakil dari penerbit ini, yakin bahwa buku ini akan terjual dengan baik. "Dia selalu memiliki sesuatu [yang baru] untuk disampaikan yang tidak dapat diperoleh pembaca di tempat lain," kata Bersthel.Seputar 11 September[sunting | sunting sumber]Menurut Publishers Weekly, setelah peristiwa 11 September, Chomsky telah menghasilkan dua buku laris yang terjual jutaan eksemplar. Dia juga dinobatkan sebagai penulis buku terlaris bertema politik yang belum tertandingi oleh penulis bertema sama yang ada di AS saat ini.Di luar bencana yang ditimbulkan oleh serangan 11 September terhadap gedung WTC New York, peristiwa ini juga meroketkan popularitas buku-buku Chomsky. Ketika banyak orang merasa muak dengan sumber-sumber bacaan yang menjadi propaganda pemerintah AS, buku-buku politik Chomsky yang kontroversial seperti 9-11 (Seven Stories, 2001) dan Power and Terror: Post 9-11 (Seven Stories, 2003) menjadi buku laris.Karena tidak terlalu peduli dengan kegiatan promosi buku-bukunya,Publishers Weekly menjuluki Chomsky sebagai The Accidental Best Seller, penulis terlaris yang sama sekali keluar dari pakem atau praktik-praktik para pengarang best seller modern.BibliografiLinguistikLihat bibliography lengkap karya Chomsky di situs MIT [1].Chomsky (1955). Logical Structure of Linguistic Theory.Chomsky, Noam, Morris Halle, and Fred Lukoff (1956). "On accent and juncture in English." In For Roman Jakobson. The Hague: MoutonChomsky (1957). Syntactic Structures. The Hague: Mouton. Reprint. Berlin and New York (1985).Chomsky (1964). Current Issues in Linguistic Theory.Chomsky (1965). Aspects of the Theory of Syntax. Cambridge: The MIT Press.Chomsky (1965). Cartesian Linguistics. New York: Harper and Row. Reprint. Cartesian Linguistics. A Chapter in the History of Rationalist Thought. Lanham, Maryland: University Press of America, 1986.Chomsky (1966). Topics in the Theory of Generative Grammar.Chomsky, Noam, and Morris Halle (1968). The Sound Pattern of English. New York: Harper & Row.Chomsky (1968). Language and Mind.Chomsky (1972). Studies on Semantics in Generative Grammar.Chomsky (1975). The Logical Structure of Linguistic Theory.Chomsky (1975). Reflections on Language.Chomsky (1977). Essays on Form and Interpretation.Chomsky (1979). Morphophonemics of Modern Hebrew.Chomsky (1980). Rules and Representations.Chomsky (1981). Lectures on Government and Binding: The Pisa Lectures. Holland: Foris Publications. Reprint. 7th Edition. Berlin and New York: Mouton de Gruyter, 1993.Chomsky (1982). Some Concepts and Consequences of the Theory of Government and Binding.Chomsky (1982). Language and the Study of Mind.Chomsky (1982). Noam Chomsky on The Generative Enterprise, A discussion with Riny Hyybregts and Henk van Riemsdijk.Chomsky (1984). Modular Approaches to the Study of the Mind.Chomsky (1986). Knowledge of Language: Its Nature, Origin, and Use.Chomsky (1986). Barriers. Linguistic Inquiry Monograph Thirteen. Cambridge, MA and London: The MIT Press.Chomsky (1993). Language and Thought.Chomsky, Noam (1995). The Minimalist Program. Cambridge, MA: The MIT Press.Chomsky (1998). On Language.Chomsky (2000). New Horizons in the Study of Language and Mind.Chomsky (2000). The Architecture of Language (Mukherji, et al, eds.).Chomsky (2001). On Nature and Language (Adriana Belletti and Luigi Rizzi, ed.).PolitikBeberapa buku dapat dibaca secara online [2].Chomsky (1969). Perspectives on Vietnam [microform].Chomsky (1969). American Power and the New Mandarins. New York: Pantheon.Chomsky (1970). At War with Asia. New York: Pantheon.Chomsky (1971). Problems of Knowledge and Freedom: The Russell Lectures. New York: Pantheon.Chomsky and Zinn, Howard (Eds.) (1972) The Pentagon Papers. Senator Gravel edition. Vol. V. Critical Essays. Boston: Beacon Press, includes index to Vol. I-IV of the Papers.Chomsky (1973). For Reasons of State. New York: Pantheon.Chomsky & Herman, Edward (1973). CENSORED FULL TEXT Counter-Revolutionary Violence: Bloodbaths in Fact and Propaganda. Andover, MA: Warner Modular. Module no. 57.Chomsky (1974). Peace in the Middle East: Reflections on Justice and Nationhood. New York: Pantheon.Chomsky (1978). Human Rights' and American Foreign PolicyChomsky (1978). Intellectuals and the StateChomsky (1979). Language and Responsibility. New York: Pantheon.Chomsky & Herman, Edward (1979). Political Economy of Human Rights (two volumes). Boston: South End Press. ISBN 0-89608-090-0 and ISBN 0-89608-100-1Otero, C.P. (Ed.) (1981, 2003). Radical Priorities. Montréal: Black Rose; Stirling, Scotland: AK Press.Chomsky (1982). Towards a New Cold War: Essays on the Current Crisis and How We Got There. New York: Pantheon.Chomsky (1983, 1999). The Fateful Triangle: The United States, Israel, and the Palestinians. Boston: South End Press. ISBN 0-89608-601-1Chomsky (1985). Turning the Tide: U.S. Intervention in Central America and the Struggle for Peace. Boston: South End Press.Chomsky (1986). Pirates and Emperors: International Terrorism and the Real World. New York: Claremont Research and Publications.Chomsky (1987). On Power and Ideology: The Managua Lectures. Boston: South End Press.Peck, James (Ed.) (1987). Chomsky Reader ISBN 0-394-75173-6Chomsky (1988). The Culture of Terrorism. Boston: South End Press.Chomsky & Herman, Edward (1988, 2002). Manufacturing Consent: The Political Economy of the Mass Media. New York: Pantheon.Chomsky (1989). Necessary Illusions. Boston: South End Press.Chomsky (1989). Language and Politics. Montréal: Black Rose.Chomsky (1991). Terrorizing the Neighborhood: American Foreign Policy in the Post-Cold War Era. Stirling, Scotland: AK Press.Chomsky (1992). Deterring Democracy. New York: Hill and Wang.Chomsky (1992). Chronicles of Dissent. Monroe, ME: Common Courage Press.Chomsky (1992). What Uncle Sam Really Wants. Berkeley: Odonian Press.Chomsky (1993). Year 501: The Conquest Continues. Boston: South End Press.Chomsky (1993). Rethinking Camelot: JFK, the Vietnam War, and U.S. Political Culture. Boston: South End Press.Chomsky (1993). Letters from Lexington: Reflections on Propaganda. Monroe, ME: Common Courage Press.Chomsky (1993). The Prosperous Few and the Restless Many. Berkeley: Odonian Press.Chomsky (1994). Keeping the Rabble in Line. Monroe, ME: Common Courage Press.Chomsky (1994). World Orders Old and New. New York: Columbia University Press.Chomsky (1996). Class Warfare. Pluto Press.Chomsky (1997). (Ed.) The Cold War & the University: Toward an Intellectual History of the Postwar Years Authors: Ira Katznelson, R. C. Lewontin, David Montgomery, Laura Nader, Richard Ohmann, Ray Siever, Immanuel Wallerstein, Howard Zinn ISBN 1-56584-005-4Chomsky (1999). The New Military Humanism: Lessons from Kosovo .Chomsky (1999). Profit Over People. Seven Stories Press.Chomsky (2000). A New Generation Draws the Line: Kosovo, East Timor and the Standards of the West.Chomsky (2000). Rogue States: The Rule of Force in World Affairs. Cambridge: South End Press.Chomsky (2001). 9-11. Seven Stories Press.Mitchell, Peter & Schoeffel, John (Ed.) (2002). Understanding Power: The Indispensable Chomsky.Chomsky (2003). Middle East Illusions.Chomsky (2003). Hegemony or Survival. Metropolitan Books. (Bagian dari American Empire Project)Chomsky (2005). Chomsky On Anarchism. AK Press. ISBN 1-904859-20-8Chomsky (2005). Imperial Ambitions: Conversations on the Post-9/11 World. Metropolitan Books. (Bagian dari American Empire Project) ISBN 0-8050-7967-XTentang Chomsky[sunting | sunting sumber]Rai, Milan (1995). Chomsky's PoliticsSalkie, Raphael (1990). The Chomsky UpdateBarsky, Robert (1997). Noam Chomsky: A Life of Dissent, MIT PressHorowitz, David, et al. (2004). The Anti-Chomsky ReaderFilmografi[sunting | sunting sumber]Manufacturing Consent: Noam Chomsky and the Media (1992)Distorted Morality — America's War On Terror?, Sutradara: John Junkermann, 2003Noam Chomsky: Rebel Without a Pause (TV), Sutradara: Will Pascoe, 2003The Corporation (2003) [3]10.Jalaluddin Rahmat
Dalam posisinya sebagai dosen, ia memperoleh beasiswa Fulbright dan masuk Iowa State University. Ia mengambil kuliah Komunikasi dan Psikologi. Tetapi ia lebih banyak memperoleh pengetahuan dari perpustakaan universitasnya. Berkat kecerdasannya Ia lulus dengan predikat magna cum laude. Karena memperoleh 4.0 grade point average, ia terpilih menjadi anggota Phi Kappa Phi dan Sigma Delta Chi.Pada tahun 1981, ia kembali ke Indonesia dan menulis buku Psikologi Komunikasi. Ia merancang kurikulum di fakultasnya, memberikan kuliah dalam berbagai disiplin, termasuk Sistem Politik Indonesia. Kuliah-kuliahnya terkenal menarik perhatian para mahasiswa yang diajarnya. Ia pun aktif membina para mahasiswa di berbagai kampus di Bandung. Ia juga memberikan kuliah Etika dan Agama Islam di ITB dan IAIN Bandung, serta mencoba menggabungkan sains dan agama.Di Fakultas ilmu Komunikasi, UNPAD. Ia juga mengajar di beberapa perguruan tinggi lainnya dalam Ilmu Komunikasi, Filsafat Ilmu, Metode Penelitian, dll. Secara khusus ia pun membina kuliah Mysticism (Irfan/ Tasawuf) di Islamic College for Advanced Studies (ICAS), Paramadina University, yang ia dirikan bersama almarhum Prof. Dr. Nurcholis Madjid, Dr. Haidar Bagir, dan Dr. Muwahidi sejak tahun 2002.Sebagai aktifis ia membidani dan menjadi Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) yang kini sudah mempunyai hampir 100 Pengurus Daerah (tingkat kota) di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota sekitar 2,5 juta orang. Ia juga menjadi pendiri Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta bersama Dr. Haidar Bagir dan Umar Shahab. Dengan latar belakang keluarga, pemndidikan, sekaligus sosial budaya yang terurai seperti di atas secara umum pemikiran Jalaluddin Rahmat dapat dikategorikan dalam beberapa aspek. Mulai dari aspek bidang pendidikan, fikih, komunikasi, sosial, sampai pada tasawufJalaluddin Rahmat membentuk dan aktif dalam lembaga-lembaga modern seperti Yayasan Paramadina Jakarta, Pusat Kajian Tasawuf dengan nama Yayasan Tazkiya Sejati. Lalu pada 2004 Kang Jalal juga mendirikan dan memimpin satu forum lagi yang khusus bergerak di bidang kajian tasawuf, yaitu Kajian Kang Jalal (KKJ) yang pernah bermarkas di Gedung Bidakara, Jakarta.Berikutnya, tahun 2003 mendirikan ICAS-Paramadina dan mendirikan Islamic Cultural Center (ICC), sejak tahun 2004 ia membina LSM OASE dan Bayt Aqila dan aktif membina Badan Perjuangan Kebebasan Beragama dan Berkepercayaan (BPKBB), sebuah forum dialog. silaturahmi dan kerjasama atak tokoh-tokoh pemimpin agama-agama dan aliran kepercayaan di Indonesia. Terakhir sejak Agustus 2006 Ia membina The Jalal-Center for Enlightenment (JCE) di Jakarta. Selain aktif berdakwah, Kang Jalal juga mengisi seminar keagamaan di berbagai tempat, mengajar di Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ICAS-Paramadina & ICC Jakarta dan UNPAD Bandung, Jalaluddin Rahmat menyisihkan waktu untuk mengisi pengajian rutin (Kuliah Ahad Pagi) di Masjid al-Munawarah, masjid di dekat rumah yang jama’ahnya sudah dibina sejak tahun 1980-an.Jalaluddin Rahmat merupakan muballig yang ilmuwan, tokoh pembaharu islam, pendidik dan tokoh pembaharu. Selain itu dia juga seorang penulis yang produktif. Beliau mampu menulis beberapa cabang ilmu, diantaranya adalah tashawuf, kandungan al-Quran dan Hadits, sosial, komunikasi, fikih, dan laian sebagainya. Sebagaian karya-karyanya dibuat dalam rangka menjawab tantangan dan paham paradigma yang beliau anggap keliru.Di antara karya Jalaluddin Rahmat, baik yang sudah diterbitkan maupun yang disampaiakn kepada para mahasiswa dan masyarakat adalah sebagai berikut : 1. Psikologi Komunikasi (1985) 2. Islam Alternatif (1986). 3. Islam Aktual (1991), 4. Renungan-Renungan Sufistik (1991). 5. Retorika M oderen (1992) 6. Catatan Kang Jalal (1997). 7. Reformasi Sufistik (1998). 8. Jalaluddin Rakhmat Menjawab Soal-Soal Islam Kontemporer (1998). 9. Meraih Cinta Ilahi: Pencerahan Sufistik (1999). 10. Tafsir Sufi Al-Fâtihah (1999). 11. Rekayasa Sosial: Reformasi Atau Revolusi? (1999). 12. Rindu Rasul (2001). 13. Dahulukan Akhlak Di Atas Fikih (2002). 14. Psikologi Agama (2003) 15. Meraih Kebahagiaan (2004)17. Memaknai Kematian (2006) 18. Islam dan Pluralisme, Akhlak Al-Quran dalam Menyikapi Perbedaan (2006).